Setidaknya rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 14 menit sehari untuk mengakses media sosial. Dengan banyaknya orang Indonesia menggunakan perangkat mobile atau smartphone untuk mengakses media sosial tentu melahirkan pola komunikasi dalam menyampaikan pendapat atau penilaian secara bebas di internet baik dalam bentuk rating, melaporkan atau menulis kritik dan komplain.
Insiden salah serang oleh netizen Indonesia merupakan topik populer yang ramai dibicarakan tidak hanya secara lokal tetapi juga dalam level global. Salah satu contoh yang cukup menggelitik untuk dibahas adalah saat para warganet ramai-ramai memberikan review buruk untuk Sungai Aare karena adanya insiden hilangnya putra Gubernur Jawa Barat, Emeril Khan.
Dalam tulisan ini, cekreview.com akan membahas pentingnya pemahaman komplain dan kritik dalam etika berkomunikasi untuk memberikan dampak baik dan efektifitas kepada sasaran audiensi yang kita harapkan.
Perbedaan Komplain dan Kritik, hingga Masukan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kritik memiliki makna sebagai kecaman atau tanggapan yang kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya. Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan sebagai kontrol terhadap jalannya suatu sistem sosial atau proses bermasyarakat.
Sedangkan komplain berdasarkan KBBI adalah keluhan yang sifatnya personal karena mengungkapkan suasana hati yang tidak bahagia. Banyak dari kita keliru atau bahkan mencampurkan keluhan dalam sebuah kritik. Lalu apa bedanya?
Perbedaan komplain ia bersifat personal untuk mengungkapkan perasaan atau suasana hati yang tidak bahagia. Komplain fokus hanya menyampaikan rasa kekesalan atau kekecewaan tanpa mengharapkan adanya timbal balik dari lawan bicara. Sedangkan kritik sifatnya mengharapkan adanya perbaikan ataupun perubahan pada sesuatu. Karena itu kalian perlu berhati-hati dalam menggunakan kedua bentuk komunikasi ini yang kerap kali membawa energi negatif untuk lawan bicara kamu.
Beda halnya apabila kamu ingin menyampaikan masukan dalam kritik. Dalam kritik biasanya berfokus pada hal yang tidak diinginkan dan hanya menunjukkan hal-hal yang tidak tepat, baiknya dalam etika mengkritik juga disertai oleh kata-kata apresiasi yang bersifat positif lalu disertai oleh masukan yang diharapkan sebagai catatan penting bagi individu ataupun bisnis untuk berkembang.
Bagaimana Penerapan Komplain menjadi Kritik Membangun?
Apabila kamu merasa tidak cukup puas terhadap pelayanan customer service dalam sebuah clinic kecantikan, dimana secara overal kualitas program perawatan yang kamu bayar cukup memenuhi ekspektasi kamu namun ternyata ada hal cukup mengganjal seperti pelayanan dokter atau perawat yang dinilai tidak cukup bersahabat.
Terkadang kita dengan mudah menyampaikan secara langsung keluhan terkait pelayanan yang cukup tidak memuaskan dalam bentuk komplain baik secara lisan maupun verbal. Namun apakah saat menyampaikan komplain ini sudah cukup didengar oleh perusahaan, tentu tidak. Itu sebabnya perlu disesuaikan kembali cara penyampaian untuk dapat menjadi bentuk kritik yang membangun.
Pertama, kita bisa menyampaikan hal positif dahulu seperti rangkaian produk dan perawatan yang disukai. Lalu diikuti oleh kritik akan point yang menurut kamu kurang sesuai lalu diikuti serta bukti logis dan juga saran perbaikan kedepannya. Dalam pelaku bisnis, ulasan konstruktif dari pelanggan khususnya untuk peningkatan pelayanan servis akan sangat bermanfaat sebagai bahan evaluasi kedepannya.
cekreview.com menjadi platform yang menjembatani para customer atau nasabah yang ingin menyampaikan kritik ataupun ulasan disertai dengan masukan yang membangun.
Nantinya ulasan ini akan disampaikan ke perusahaan terkait hingga diberikan tanggapan rekonsiliasi langsung dari layanan terkait untuk dapat tetap sasaran dan efektif dalam pengembangan sebuah produk bisnis. Yuk mulai sampaikan suara ataupun keluhan kamu dalam bentuk kritik konstruktif untuk kebaikan bersama.